Meria Fitriwati

Nama Meria Fitriwati, S.Pd mengajar di MAN 3 Pesisir Selatan Sumatera Barat. Berasal dari Kamang Mudik Kab. Agam Sumatera Barat. Tamatan S1 Pendidikan Bahasa In...

Selengkapnya
Navigasi Web

Cintaku di Dunia Lain - part 5

#TantanganGurusiana

Tantangan Menulis hari ke 30

Saat duduk di beranda depan rumahku. Kulihat istriku begitu cantik datang dengan kencana emas yang menyilaukan mata. Namun, wajahnya terlihat sedih dan pandangannya begitu mengiba. Aku tahu dia membutuhkanku. Dia berhenti tepat di halaman kami. Kulempar pandangan ke seluruh penjuru, tidak kutemukan sosok ibu, ayah atau siapa saja yang bisa mencegahku untuk menemuinya.

Kulangkahkan kaki dan kuraih kencana itu dengan membawa sejuta cinta untuknya yang sudah kutinggal beberapa hari ini. Wajahnya berubah bahagia saat melihatku mendekat dan semakin mendekat. Dia dekap dan pegang tanganku. Dia raih dan tarik aku agar memasuki kencana emas itu.

"Ayo kita pulang, kursi kerajaan emas kosong dan tidak ada yang menempati. Kamu harus berada di sana." Katanya lagi dengan penuh harap. Aku menoleh ke rumah dan akhirnya berlalu dengan kencana emas menuju istana.

Di sepanjang jalan berjejer masyarakat sekitar istana melambaikan tangan melihat aku sebagai raja dan istriku sebagai permaisuri. Aku senang dengan sambutan itu. Walau sesungguhnya kepalaku mulai tidak bersahabat lagi. Pusing dan lemah aku rasakan. Permaisuriku ternyata cepat tanggap. Dia benar-benar istri yang penuh perhatian. Sesampai di istana dia segera membawaku ke kamar di iringi tabib istana yang selalu setia mengobati warga istana.

Aku terlelap cukup lama dan terbangun dalam keadaan sehat. Aku akan kembali duduk di singgasana memimpin rakyat yang selalu setia kepada rajanya. Istriku bahagia dan kami baru saja mendapatkan sepasang anak kembar yang lucu dan menggemaskan. Salah satu di antara mereka akan menjadi pewaris tahta kerajaan. Memimpin rakyat dengan cinta dan penuh bijaksana.

Orang-orang itu datang cukup ramai, mereka memporak-porandakan istanaku dengan begitu kasarnya. Istriku sangat murka akan hal ini. Namun, untuk sesaat dia menghindar dan mundur dulu. Aku kembali dalam keadaan lemah dibawa pulang. Kulihat ibu menangis sejadi-jadinya memelukku tiada hentinya. Aku sekarang berada pada lingkungan keluarga yang cukup jauh berbeda dibandingkan kampung istriku yang hidup bak istana. Aku benar merasakan hidupku berada di dua tempat yang jauh berbeda. Berbeda dalam segi apapun.

Rabu, 26 Februari 2020 jam 17.25 WIB oleh Meria Fitriwati

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ditunggu lanjutan ceritanya bu

26 Feb
Balas

Insyaallah buk. Trims hadirnya buk

26 Feb

Next

26 Feb
Balas

Ok ustadzah keren

26 Feb

Makin menarik bu meria...

26 Feb
Balas

Terima kasih ibuk

26 Feb

Terima kasih ibuk

26 Feb

Terima kasih ibuk

26 Feb

wow...ada dua dunia..lanjutin critanya...

26 Feb
Balas

Hisss sense masih sempat baca dalam kesibukannya. Arigato

26 Feb

Radarada serem buk meria.

26 Feb
Balas

Ya begitulah buk

26 Feb

Radarada serem buk merjia.

26 Feb
Balas

Tidak seseram keadaan sekarang buk

26 Feb

buk meria tolong baca tantangan saya tentang orang kaya dermawan mungkin bu meria kenal orangnya...trims

26 Feb



search

New Post